Terbunuhnya Nasrudin, direktur PT Putra Rajawali Banjaran pada tanggal 14 Maret 2009 setelah bermain golf di wonderland masih menyisakan tek...
Terbunuhnya Nasrudin, direktur PT Putra Rajawali Banjaran pada tanggal 14 Maret 2009 setelah bermain golf di wonderland masih menyisakan teka-teki bagi masyarakat. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar dituding menjadi otak pembunuhan direktur Putra Rajawali Banjaran tersebut. Sejauh ini polisi menahan Antasari atas tuduhan pembunuhan Nasrudin yang bermotif asmara. Rhani Juliani (22) candy di padang golf wonderland disebut-sebut menjadi pemicu kasus ini.
Berbagai teori pun bermunculan terkait isu tersebut. Ada yang menyebutnya kasus ini merupakan kejahatan konspirasi tingkat tinggi, ada yang menyebutnya kasus ini murni kasus pribadi antara Antasari dan Nasrudin. Dua teori ini menjadi isu besar yang belum terungkap kebenarannya. Pihak keluarga Nasrudin memegang bukti atas Antasari salah satunya adalah hasil rekapan pesan singkat Antasari kepada Nasrudin melalui sms. Pengacara Nasrudin menuding Antasari membunuh Nasrudin karena kredibilitasnya sebagai ketua KPK akan terancam karena dia (Antasari) tidak ingin kasus perselingkuhannya dengan Rhani diketahui oleh publik. Pakar Intelejen dan pejabat ketua KPK membenarkan teori pembunuhan Nasrudin adalah perkara pribadi antara Antasari dan Nasrudin, tidak ada kaitannya dengan kejahatan konspirasi tingkat tinggi.
Ada kejanggalan-kejanggalan dalam perkara tersebut. Di lihat dari rentetan kasus tersebut dari perkembangan tahun 2008 dimana Nasrudin dan Antasari berkenalan hingga Maret tanggal 14 tahun 2009 terjadi kejanggalan. Pertama, keterlibatan dua orang penting di negeri ini seperti Sigid Wibisono, Komisaris utama PT Pers Indonesia Merdeka dan Williardi Nizar, polisi berpangkat komisaris besar yang diduga membantu Antasari dalam kasus pembunuhan Nasrudin menjadi salah satu alasan munculnya teori kejahatan konspirasi tingkat tinggi. Jika memang isu ini sepele sekedar pembunuhan bermotif asmara, pertanyaanya adalah mengapa kedua orang yang telah memiliki nama besar di negeri ini justru mau terlibat dalam kasus pembunuhan berlatar belakang kasus pribadi tersebut? Kedua, para eksekutor dalam kasus tersebut dijanjikan akan menjadi anggota Badan Intelejen Negara (BIN) jika mereka berhasil menyelesaikan misi pembunuhan tersebut.
Di samping itu, para eksekutor sendiri merupakan orang-orang yang dalam perekrutannya telah dilatih untuk membunuh target pembunuhan. Pembunuhan berencana tersebut terkesan sangatlah rapi. Namun, pertanyaanya adalah mengapa seorang pejabat seperti Antasari mau mengeluarkan dana sebesar 500 juta rupiah untuk menyelesaikan misi pembunuhan tersebut, padahal ada banyak pembunuh bayaran yang telah terlatih di negeri ini yang bisa dibayar dengan harga yang lebih murah dan pekerjaan yang tergolong lebih rapi? Ketiga, pengakuan dari istri Antasari yang sering kali mendapat ancaman dari pihak-pihak yang terkait kasus korupsi serta sikapnya selama Antasari ditahan oleh polisi menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat. Pertanyaan yang kembali muncul, seandainya berita tersebut benar, mengapa istri Antasari masih mau membela sang suami tercinta padahal, cintanya telah dikhianati oleh Antasari, bahkan masih menemaninya hingga saat ini?
Ancaman bagi seorang penegak kebenaran di negeri ini masih menjadi isu besar yang tidak pernah terungkap di negeri ini. Salah satunya adalah kasus almarhum Munir, walaupun Pemerintah mengaku telah menangkap pelaku pembunuhan tersebut namun, kasus tersebut masih menjadi tanda tanya besar. Kambing hitam atau scape goat menjadi salah satu alasan munculnya teori ini, Antasari mungkin hanyalah kambing hitam dari semua ini, namun kita mesti tetap mewaspadai isu besar dibelik semua isu pembunuhan ini. Ketika, ketua KPK tersandung kasus ini kredibilitas pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun dipertanyakan, dalam upayanya membertantas korupsi di negeri ini. Perlu kita waspadai bahwa perkembangan teknologi saat ini sudah sangat pesat, alat bukti pun bahkan bisa direkayasa seperti foto, rekaman suara yang bisa disadap bahkan, tidak menutup kemungkinan pesan singkat melalui sms pun bisa direkayasa. Di masa seperti ini, hampir tidak ada yang mustahil untuk dilakukan.
Kedua teori itu memang saling bertolak belakang, masih belum diketahui kebenarannya. Kita sebagai masyarakat hendaknya tidak bersikap apriori namun, dari kasus ini kita mesti tetap terus kembali mengawasi dan membantu tugas utama KPK yakni pemberantasan korupsi serta tetap mewaspadai isu besar di balik kasus pembunuhan ini, tidak menutup kemungkinan isu ini hanya merupakan pengalihan dari isu besar yang mungkin ingin disembunikan dari publik. Namun, kita tidak menutup mata dan telinga atas berita yang beredar. Negeri ini tidak hanya sekali menghadapi kasus ini, pada era orde baru kita sering kali menemui kasus yang serupa bahkan banyak yang belum terungkap hingga saat ini. Kebenaran dan tidaknya kasus pembunuhan tersebut hendaknya tidak meruntuhkan kepercayaan kita kepada KPK yang diberi wewenang untuk memberantas korupsi di negeri ini. Negeri ini mesti tetap terus berjalan, kebenaran mesti tetap ditegakkan.
