Kata “macet” hampir setiap hari dibicarakan orang yang tinggal di kota-kota besar di Indonesia. Kemacetan merupakan salah satu masalah yan...
Kata “macet” hampir setiap hari dibicarakan orang yang
tinggal di kota-kota besar di Indonesia. Kemacetan merupakan salah satu masalah
yang dialami masyarakat perkotaan. Permasalahan kemacetan akan membawa dampak
yang kurang baik bagi masyarakat dalam sudut pandang apapun. Menurut Mirna
(2011), kemacetan menimbulkan dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi,
seperti biaya bahan bakar, biaya kehilangan nilai waktu, biaya kehilangan
potensi ekonomi dan transaksi tertunda.
Beberapa hari yang lalu, masyarakat Maros khususnya yang
berdomisili disekitar jalur Moncong Loe dikejutkan dengan iring-iringan
kendaraan roda empat, yang memasuki kawasan tersebut. Ribuan mobil melintas dijalur
itu, sehingga membuat kemacetan panjang melebihi “ular anaconda” yang dijejer
100 ekor.
Masyarakat disana bertanya-tanya ada gerangan apa? yang
sehari-harinya jalur tersebut lengang, tiba-tiba jadi ramai menjurus macet.
Setelah mencari jawaban kesana kemari ternyata acara perjamuan pernikahan dari
orang nomor satu di kota Makassar, dengan mengundang RT, RW, tokoh masyarakat,
tokoh pemuda, tokoh agama dan tokopedia (hehehe) se kota Makassar, tak lupa
dengan dayang-dayangnya camat dan lurah.
Kejadiannya hari jumat (6/5/2022), menurut kepercayaan orang
muslim hari jumat adalah hari yang sangat baik dan ada juga yang lagi trend “jumat
berkah” untuk melakukan kegiatan positif apapun, termasuk pernikahan. Namun
menjadi ironis bagi masyarakat yang tinggal dijalur Moncong Loe, karena yang
mereka dapatkan bukannya berkah tapi kemacetan panjang yang penantiannya
membuat jam tangan kehabisan (soak) baterai.
Sepertinya kegiatan atau acara ini tidak direncanakan dengan
baik, mengapa orang nomor satu di kota Makassar dengan segala sumber daya yang
dimiliki bisa kecolongan dari kemacetan. Padahal dari data tamu yang diundang sudah
diketahui jumlah undangan yang akan hadir jumlahnya ribuan. Mungkinkah ini by
design?.
Masyarakat maklum adanya bila ada hajatan dari seorang
pejabat. Namun, jika hal itu sudah
mengganggu aktivitas masyarakat dengan menggelar kemacetan, tentunya akan
berdampak negatif pada masyarakat sekitar. Aktivitas perekonomian masyarakat menjadi
terhambat dengan beberapa transaksi dagang dan distribusi barang yang tertunda.
Bagaimana dengan biaya bahan bakar dan biaya kehilangan waktu
yang dialami oleh masyarakat terdampak, siapa yang bisa memberikan kompensasi
akibat hal tersebut. Apakah ini hanya untuk gagah-gagahan, pamer atau ada unsur
politik pencitraan dibalik itu, karena ada selentingan gossip yang beredar bahwa
acara itu sengaja dibuat macet.
Bila hal tersebut benar adanya, acara itu sudah didesain
untuk “macet”, sedih mendengarnya bila acara sakral disisipi politik pencitraan. Mengorbankan
perekonomian masyarakat untuk kepentingan pribadi dibungkus politik pencitraan,
sungguh dzalim dan sombong. Kalau mau “Show Off”, tidak jadi masalah tetapi kerjakanlah
secara profesional dengan tidak mengorbankan aktifitas dan produktifitas
masyarakat. Janganlah acara yang sakral disisipkan urusan politik pencitraan, “nantilah
bos durasi pilkada masih jauh”.
Beberapa media online memberitakan permintaan maaf Walikota
Makassar kepada para tamu undangan dan masyarakat sekitar yang terdampak macet. Masyarakat berharap, kedepan Walikota Makassar lebih sigap, tanggap dan bijak,
untuk lebih memperhatikan dan berpihak bagi kepentingan masyarakat luas. -Siap dipatroli-