Negara tetangga kita, Filipina saat ini sedang fokus mencari presiden baru. Sesudah era Duterte yang dikenal dengan ketegasannya mengirim...
Negara
tetangga kita, Filipina saat ini sedang fokus mencari presiden baru. Sesudah
era Duterte yang dikenal dengan ketegasannya mengirim para bandar narkoba menuju ke neraka. Bulan Mei tahun ini, negara Filipina sedang mencari calon presiden baru.
Ada yang menarik dari Pilpres di Filipina ini yang perlu sekali kita cermati
dari hasil survei disana.
Dari sekian
banyak calon ternyata ada satu nama yang memiliki peluang besar menjadi
pemenang pemilu dia adalah Bongbong Marcos. Bagi generasi era 80-an pasti masih
ingat ketika disebut nama Marcos. Ferdinand Marcos mantan Presiden Filipina
yang berkuasa selama 21 tahun.
Ferdinand
Marcos dikenal juga sebagai presiden paling korup di Filipina mirip dengan
Soeharto, bahkan membunuh lawan politiknya, yakni Benigno Aquino seorang
politisi yang namanya pada waktu, itu menjadi harapan banyak orang Filipina
untuk menggantikan Ferdinand Marcos
Pembunuhan Benigno
Aquino menjadi pemicu demonstrasi besar di Filipina yang dipimpin langsung oleh
istri almarhum Beniqno sekaligus mantan Presiden Filipina yaitu Cory Aquino.
Ferdinand Marcos kemudian jatuh dan rakyat Filipina pada waktu itu langsung
menyerbu istana Presiden. Di dalam istana rakyat Filipina yang miskin menemukan
kenyataan kalau istri Ferdinand Marcos yaitu Imelda Marcos ternyata menyimpan
harta berupa ribuan sepatu dan tas branded yang sangat mahal.
Imelda
Marcos memang dikenal sebagai sosialita, dari hasil korupsinya. Sedangkan
banyak rakyat Filipina pada waktu itu yang kelaparan. Sejarah tentang jatuhnya
keluarga Marcos dari kursi Presiden itu mirip dengan jatuhnya Soeharto di tahun
1998, mereka sama-sama korup dan sama-sama dijatuhkan oleh rakyat, yang menjadi
pertanyaan kenapa anak Ferdinand Marcos yaitu bongbong Marcos malah mendapat
banyak simpati dari rakyat Filipina dan menempati survei tertinggi saat ini.
Di sinilah
hebatnya timses Bongbong Marcos bermain mereka membangun isu dan propaganda
bahwa meski sudah berganti-ganti presiden. Rakyat Filipina masih banyak yang
terpuruk dalam kemiskinan karena itu, Bongbong Marcos memainkan jargon yang
mirip sekali dengan jargonnya Donald Trump, “Make Amerika Great Again”. Slogan
kampanye Bongbong Marcos adalah bangkit kembali mirip dengan jargon kampanye
ayahnya dulu Ferdinand Marcos di tahun 1965 yaitu, kami akan membuat bangsa ini
hebat kembali.
Jargon atau
slogan ini dibangun masif lewat media sosial terutama Tiktok. Sasarannya Siapa?
mereka, adalah generasi Z atau lebih dikenal dengan nama genzet yaitu anak-anak
yang lahir di tahun 1995 – 2000. Mereka ini sering disebut banyak orang dengan generasi Tiktok, saking seringnya tampil
di Tiktok.
Genzet ini
jelas tidak pernah merasakan bagaimana sulitnya hidup di era bapaknya Bongbong
yaitu Ferdinand Marcos karena, mereka waktu itu belum lahir tetapi sekarang
generasi genset ini adalah “populasi pemilih” paling tinggi dan paling besar di
Filipina. Timses Bongbong Marcos benar-benar mencuci otak generasi Z ini lewat
Tiktok mereka mengadakan konser bagi para remaja. Mereka bikin party dan banyak
yang lain melalui Tiktok Snapchat ataupun Instagram.
Pokoknya Tiktok
benar-benar di-share masif oleh timses Bongbong ini. Sehingga terbangun persepsi
bahwa Bongbong adalah pemimpin muda yang membawa harapan untuk bangsa.
Benar-benar kejadian tahun 1986 dimana, rakyat Filipina menjatuhkan Marcos dari
kursi Presiden itu semua terlupakan. Sementara ini survei terakhir di Filipina
Bongbong Marcos menempati posisi tertinggi dengan perolehan 58 persen suara
rakyat Filipina yang membuat dia jadi calon potensial untuk menjadi Presiden
Filipina.
Apa yang
bisa kita pelajari dari studi kasus Pilpres Filipina ini. Banyak, masih ingat peristiwa
dimana ada ketua BEM SI yang bilang di stasiun TV bahwa zaman Soeharto zaman
yang sejahtera dan rakyat pun bebas berpendapat Padahal dia belum lahir di
zaman itu, jadi ada upaya-upaya ingin melupakan sejarah pahit bangsa Indonesia
dengan berkuasanya Soeharto selama 32 tahun dimana demokrasi pada waktu itu
dibungkam dan rakyat dihajar dengan kepalsuan.
Sasarannya
adalah generasi Z di Indonesia yang juga merupakan pemilih terbesar di tahun
2024 nanti. Genzet ini adalah anak-anak yang sangat dekat dengan tehnologi jadi
gerakan propaganda untuk menghilangkan jejak berdarah era Soeharto ini juga
akan memakai teknologi persis seperti yang terjadi di Filipina saat ini.
Ada yang
ingin cuci tangan dengan mencoba merangkul membangun opini bahwa mereka yang
dulu para pelaku politik identitas adalah juga korban sasaran kampanye atau
propaganda mereka siapa ya? Siapa lagi kalau bukan genzet yang gampang sekali dicuci otak dengan konten-konten yang mereka suka. Gerakan propaganda
penghilangan jejak ini akan banyak dilakukan lewat Tiktok, Snapchat dan
Instagram persis seperti yang dilakukan oleh Bongbong Marcos tujuannya adalah
kekuasaan.
Sesudah
berkuasa nantinya topeng asli mereka akan kembali terbuka. Pilpres di Filipina
adalah pelajaran yang paling berharga buat kita di Indonesia sebagai persiapan
menuju Pilpres 2024 nanti. Jaga anak-anak kita yang ada di generasi Z. Berikan
pengetahuan mereka tentang sejarah bangsa ini dan tunjukkan pada mereka wajah-wajah politikus busuk yang dulu keluarganya korup dan yang mengambil
keuntungan politik demi kekuasaan sesaat. -Siap dipatroli-